dinkesmerangin.org – Batu amandel, dikenal juga sebagai tonsiloliths, merupakan akumulasi material keras yang terbentuk di kripta atau lipatan pada amandel. Amandel atau tonsil adalah dua kelenjar yang berada di belakang tenggorokan dan berfungsi sebagai penjaga pertama dalam melawan infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri maupun virus.

Batu amandel terbentuk ketika partikel-partikel asing, seperti sisa-sisa makanan atau bakteri, terperangkap dalam lipatan amandel dan kemudian menumpuk dan mengeras, membentuk batu amandel.

Kondisi ini bisa terjadi berulang kali pada seseorang dan bisa menghasilkan satu atau lebih batu amandel dengan ukuran yang beragam, dari yang sangat kecil hingga yang lebih besar. Meskipun biasanya tidak mengancam kesehatan, batu amandel dapat menyebabkan beberapa gejala tidak menyenangkan, seperti sakit tenggorokan dan bau mulut yang tidak sedap.

Gejala Batu Amandel

Batu amandel adalah kumpulan material, seperti sel kulit mati, bakteri, dan partikel makanan, yang terperangkap di amandel dan kemudian mengeras atau mengkalsifikasi. Kondisi ini paling umum terjadi pada orang yang memiliki amandel yang besar atau yang mengalami peradangan amandel (tonsilitis) yang berulang.

Gejala batu amandel bisa bervariasi dan tergantung pada ukuran dan lokasi batu tersebut. Beberapa orang mungkin tidak mengalami gejala apa pun, sementara yang lain mungkin mengalami:

  • Bau mulut.
  • Rasa tidak nyaman atau rasa asing di belakang tenggorokan.
  • Nyeri atau kesulitan menelan.
  • Nyeri telinga (jika batu amandel menekan saraf).
  • Amandel yang merah dan bengkak.

Penyebab dan Faktor Risiko Batu Amandel

Penyebab pasti batu amandel belum sepenuhnya dipahami, tetapi mereka tampaknya lebih mungkin terbentuk pada orang yang mengalami peradangan amandel yang berulang atau yang memiliki amandel yang besar dengan banyak lipatan.

Faktor risiko lain untuk batu amandel dapat mencakup:

Usia: Batu amandel paling umum pada remaja dan orang dewasa muda.

Kebiasaan makan: Pola makan tertentu, seperti diet tinggi gula atau alkohol, dapat meningkatkan risiko batu amandel.

Kondisi medis tertentu: Kondisi seperti penyakit refluks gastroesofageal (GERD) atau alergi dapat meningkatkan produksi lendir, yang kemudian dapat meningkatkan risiko batu amandel.

Diagnosis Batu Amandel

Batu amandel biasanya dapat didiagnosis berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik. Berikut ini adalah beberapa langkah yang mungkin dilakukan dokter atau profesional kesehatan lainnya untuk mendiagnosis batu amandel:

Riwayat Medis dan Gejala: Dokter akan meminta riwayat medis Anda, termasuk gejala yang Anda alami dan berapa lama Anda mengalami gejala tersebut. Dokter mungkin juga akan menanyakan tentang riwayat Anda mengenai masalah amandel, termasuk apakah Anda pernah mengalami batu amandel sebelumnya.

Pemeriksaan Fisik: Dokter akan menggunakan alat penerangan dan pemeriksaan tenggorokan (disebut laringoskop) untuk melihat ke dalam mulut dan tenggorokan Anda. Batu amandel biasanya tampak sebagai bintik-bintik keras berwarna putih atau kuning pada amandel.

Tes Tambahan: Dalam beberapa kasus, dokter mungkin merujuk Anda ke spesialis THT (telinga, hidung, dan tenggorokan) untuk pemeriksaan lebih lanjut. Tes tambahan mungkin termasuk radiografi, CT scan, atau MRI untuk melihat lebih detail pada amandel dan jaringan sekitarnya, terutama jika batu amandel sering kambuh atau jika ada gejala lain yang mengkhawatirkan.

Pengobatan  Batu Amandel

Batu amandel seringkali tidak memerlukan pengobatan medis dan bisa dikeluarkan di rumah dengan bantuan alat seperti cotton bud atau sikat gigi. Namun, selalu penting untuk berhati-hati untuk tidak merusak jaringan amandel atau menyebabkan cedera pada tenggorokan.

Jika batu amandel besar atau menyebabkan gejala yang signifikan, pengobatan medis mungkin diperlukan. Ini bisa mencakup:

Pengobatan Antibiotik: Jika batu amandel disertai dengan infeksi amandel, dokter mungkin meresepkan antibiotik.

Irigasi: Dokter mungkin menggunakan aliran air tekanan rendah untuk mengeluarkan batu amandel.

Pembedahan: Dalam kasus yang jarang terjadi, jika batu amandel sangat besar atau menyebabkan gejala yang berat, dokter mungkin merekomendasikan operasi untuk mengangkat batu atau bahkan amandel itu sendiri.

Mencegah batu amandel bisa melibatkan menjaga kebersihan mulut yang baik, termasuk menyikat gigi dan menggunakan benang gigi secara teratur, serta berkumur dengan air garam atau obat kumur antibakteri. Jika Anda menderita batu amandel yang berulang atau memiliki gejala yang tidak membaik, sebaiknya konsultasikan dengan dokter atau spesialis THT.

Pencegahan Batu Amandel

Pencegahan batu amandel sebagian besar melibatkan menjaga kebersihan mulut yang baik dan mengelola kondisi kesehatan yang dapat berkontribusi terhadap pembentukan batu amandel. Berikut ini beberapa langkah yang dapat Anda ambil untuk mencegah batu amandel:

Kebersihan Mulut yang Baik: Menyikat gigi dan menggunakan benang gigi setidaknya dua kali sehari dapat membantu menghilangkan partikel makanan dan bakteri yang bisa berkontribusi terhadap pembentukan batu amandel. Menggunakan obat kumur antibakteri juga dapat membantu mengurangi bakteri di mulut.

Hidrasi: Minum cukup air sepanjang hari dapat membantu menjaga mulut lembab dan membantu membersihkan partikel makanan dan bakteri dari amandel.

Makanan yang Sehat: Menghindari makanan dan minuman yang tinggi gula dapat membantu mencegah pertumbuhan bakteri dan pembentukan batu amandel.

Stop Merokok: Merokok dapat berkontribusi pada mulut kering dan pertumbuhan bakteri, keduanya dapat meningkatkan risiko pembentukan batu amandel.

Kontrol Penyakit Asam Lambung: Jika Anda memiliki penyakit refluks gastroesofageal (GERD), mengelola kondisi ini dengan pengobatan atau perubahan gaya hidup dapat membantu mencegah batu amandel.

Rutin Berkumur: Berkumur secara teratur, terutama setelah makan, dapat membantu menghilangkan partikel makanan dan bakteri yang mungkin tersisa di belakang tenggorokan dan amandel.

Kategori: Health