dinkesmerangin.org – Gawat janin atau fetal adalah kondisi janin tidak menerima jumlah oksigen yang cukup selama kehamilan. Kondisi ini bisa terjadi akibat beberapa pemicu, seperti preeklamsia, gangguan air ketuban, hingga gangguan plasenta. Jika tidak diatasi dengan baik, beberapa komplikasi seperti cerebal palsy atau cacat otak mungkin terjad, kondisi ini juga bisa memicu kematian janin dalam kandungan.

Penyebab Gawat Janin

Berikut adalah beberapa penyebab gawat janin yang perlu diketahui:

1. Gangguan Air Ketuban

Untuk memastikan kehamilan berjalan dengan lancar, penting bagi ibu hamil untuk memantau volume amnion atau cairan ketuban. Ketidakseimbangan dalam volume cairan ini bisa menimbulkan risiko terhadap kesehatan janin.

Kondisi dimana cairan amnion kurang dari yang dibutuhkan disebut oligohidramnion, yang dapat mengakibatkan pembatasan pergerakan janin dan tekanan pada tali pusat, yang potensial mengurangi pasokan darah serta nutrisi yang diperlukan janin, sehingga meningkatkan kemungkinan keadaan darurat bagi janin.

Di sisi lain, kelebihan cairan amnion, atau polihidramnion, juga dapat membawa komplikasi. Hal ini dapat menambah risiko tali pusat melilit janin, yang bisa mempengaruhi aliran oksigen.

Pemeriksaan rutin dengan dokter kandungan, melalui ultrasonografi, adalah cara yang efektif untuk memonitor volume cairan ketuban dan memastikan bahwa kehamilan berjalan dalam keadaan normal. Dokter dapat memberikan rekomendasi yang tepat jika terdeteksi adanya ketidaknormalan dalam volume cairan ketuban, sehingga tindakan yang diperlukan dapat segera diambil untuk menjaga kesehatan ibu dan janin.

2. Preeklamsia

Preeklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang serius dan dapat berujung pada situasi kritis bagi janin. Kondisi ini dapat mengakibatkan pengurangan aliran darah ke plasenta, yang esensial untuk pengiriman oksigen dan nutrisi kepada janin yang sedang bertumbuh.

Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia, antara lain termasuk riwayat preeklampsia pada kehamilan yang lalu, kehamilan di usia yang lebih matang, yaitu di atas 40 tahun, berat badan berlebih atau obesitas, serta keberadaan hipertensi kronis sebelum kehamilan.

Pemantauan kesehatan secara teratur dengan tenaga kesehatan profesional sangat penting untuk mengidentifikasi dan mengelola preeklampsia dengan cepat. Pengelolaan dini dan efektif dapat membantu mengurangi risiko bagi ibu dan janin, dan memastikan kehamilan yang lebih aman.

3. Solusio Plasenta

Solusio plasenta adalah kondisi ketika plasenta terlepas dari rahim. Saat plasenta terlepas, maka asupan oksigen untuk bayi akan mengalami penurunan. hal ini akan memicu gawat janin.

Kondisi ini perlu segera teratasi agar tidak membahayakan kondisi janin. Beberapa gejala yang terkait dengan solusio plasenta yakni, nyeri perut, kontraksi rahim, sakit punggung, dan penurunan gerakan janin.

4. Mengalami obesitas saat hamil

Obesitas saat kehamilan dapat meningkatkan berbagai penyakit. Mulai dari diabetes hingga hipertensi. hal tersebut juga bisa menyebabkan penyakit kronis yang nyatanya berisiko memicu gawat janin.

Oleh karena itu, pastikan selalu mengonsumsi berbagai makanan sehat dengan pola makan yang tepat. Hal ini bisa mencegah peningkatan berat badan yang berlebih.

5. Kehamilan kembar

Kehamilan kembar pasitinya akan berbeda dengan kehamilan tunggal. Mulai dari pemeriksaan yang terbilang lebih rutin hingga risiko kehamilan yang lebih besar.

Salah satu risiko yang mungkin terjadi adalah gawat janin. Kondisi ini berisiko terjadi pada janin kembar yang berbagi kantung ketuban yang sama.

Kategori: Health