DINKESMERANGIN.ORG – Dalam beberapa tahun terakhir, dunia menghadapi berbagai krisis kesehatan global akibat penyakit zoonosis—penyakit yang menular dari hewan ke manusia. Salah satu yang kembali menjadi perhatian adalah mpox, sebelumnya dikenal sebagai monkeypox. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali menetapkan mpox sebagai darurat kesehatan global setelah kasusnya melonjak di banyak wilayah, termasuk negara-negara dengan sistem kesehatan yang selama ini dianggap kuat.
Apa Itu Mpox?
Mpox muncul akibat infeksi virus Orthopoxvirus, keluarga virus yang juga menyebabkan cacar (smallpox). Walau lebih ringan dari smallpox, mpox tetap berbahaya karena penyebarannya cepat dan dapat menimbulkan komplikasi, terutama pada anak-anak, ibu hamil, dan individu dengan sistem imun lemah.
Virus ini menular melalui kontak langsung dengan luka kulit, cairan tubuh, percikan dari saluran pernapasan, serta permukaan atau benda yang terkontaminasi. Di lingkungan padat dan tidak higienis, penyebaran berlangsung lebih cepat dan sulit dikendalikan.
Lonjakan Kasus dan Penetapan Status Darurat
Pada pertengahan 2025, WHO mencatat lonjakan kasus mpox di lebih dari 40 negara, termasuk Eropa, Amerika, dan Asia Tenggara. Banyak kasus tidak memiliki riwayat kontak dengan hewan liar atau perjalanan ke daerah endemik. Hal ini menunjukkan penyebaran di tingkat komunitas yang lebih luas dari perkiraan.
Lonjakan ini mendorong WHO dan otoritas kesehatan dunia menetapkan mpox sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC), status peringatan tertinggi dalam sistem kesehatan global.
Penyakit Zoonosis: Ancaman Nyata
Mpox hanyalah satu dari puluhan penyakit zoonosis yang berpotensi menjadi pandemi. Contoh lainnya adalah flu burung, rabies, ebola, dan COVID-19. Aktivitas manusia yang merambah habitat satwa liar, perdagangan hewan eksotis, dan perubahan iklim meningkatkan risiko kemunculan patogen baru.
Situasi ini menegaskan pentingnya pendekatan One Health, yaitu kolaborasi antara kesehatan manusia, satwa, dan lingkungan. Mpox menjadi bukti bahwa penyakit yang dulu terbatas di Afrika kini bisa menyebar ke kota-kota besar dunia hanya dalam hitungan minggu.
Respons Pemerintah dan Lembaga Kesehatan
Beberapa negara mempercepat vaksinasi kelompok rentan dan memperketat pengawasan di pintu masuk. Pemerintah meningkatkan kapasitas laboratorium dan mempercepat sistem pelaporan kasus. WHO juga menerbitkan panduan baru terkait deteksi dini, isolasi, dan penanganan klinis pasien mpox.
Negara-negara menggunakan vaksin cacar generasi ketiga yang cukup efektif mencegah mpox. Namun, pasokan terbatas dan keraguan publik terhadap vaksinasi menjadi tantangan di lapangan.
Peran Masyarakat Sangat Penting
Masyarakat memiliki peran besar dalam mengendalikan wabah mpox. Edukasi tentang gejala awal—seperti demam, pembesaran kelenjar getah bening, dan ruam kulit—perlu disebarkan luas. Warga harus segera ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala, terutama setelah kontak dengan hewan liar atau orang terinfeksi.
Menghindari stigma terhadap penderita juga sangat penting. Seperti pada awal pandemi COVID-19, stigma justru membuat banyak orang enggan melapor atau mencari pengobatan.
Mpox: Pengingat untuk Dunia
Penetapan kembali status darurat untuk mpox mengingatkan kita bahwa ancaman penyakit zoonosis masih nyata. Di era globalisasi dan mobilitas tinggi, wabah lokal bisa dengan cepat berubah menjadi krisis internasional. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, lembaga kesehatan, peneliti, dan masyarakat sangat diperlukan.
Langkah jangka panjang harus mencakup kerja sama lintas sektor dan penguatan sistem deteksi dini. Mpox mungkin bukan yang terakhir, namun bisa menjadi pelajaran penting untuk kesiapsiagaan menghadapi penyakit zoonosis selanjutnya.