dinkesmerangin.org – Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kondisi neurologis yang biasanya terdiagnosis pada masa kanak-kanak dan dapat berlanjut hingga dewasa. Kondisi ini ditandai oleh kesulitan mempertahankan fokus, hiperaktivitas, dan perilaku impulsif yang dapat mempengaruhi fungsi sehari-hari. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang ADHD.

Pengertian ADHD

ADHD adalah gangguan yang sering muncul pada anak-anak, tetapi juga dapat mempengaruhi remaja dan dewasa. Individu dengan ADHD mungkin mengalami kesulitan untuk tetap fokus, seringkali mudah terganggu, berperilaku impulsif, dan terlalu aktif atau gelisah.

ADHD dibagi menjadi tiga subjenis, yaitu:

Predominantly Inattentive Presentation: Individu dengan subjenis ini menunjukkan gejala inattention, tetapi tidak menunjukkan banyak gejala hiperaktivitas atau impulsivitas. Gejala inattention dapat meliputi kesulitan mempertahankan fokus pada tugas atau kegiatan, sering melakukan kesalahan ceroboh, atau mudah terganggu.

Predominantly Hyperactive-Impulsive Presentation: Individu dengan subjenis ini menunjukkan gejala hiperaktivitas dan impulsivitas, tetapi mungkin tidak memiliki banyak kesulitan dengan inattention. Gejala ini dapat meliputi perilaku gelisah, sering berbicara berlebihan, atau kesulitan menunggu giliran.

Combined Presentation: Individu dengan subjenis ini menunjukkan gejala inattention, hiperaktivitas, dan impulsivitas.

Gejala ADHD

Gejala Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) bervariasi dari individu ke individu dan biasanya dapat diklasifikasikan dalam dua kategori utama: Inattentiveness (ketidakmampuan untuk mempertahankan fokus) dan hiperaktivitas-impulsivitas.

Gejala Inattentiveness:

  1. Sulit mempertahankan fokus pada tugas atau kegiatan, seperti selama pembicaraan atau saat membaca.
  2. Sering melakukan kesalahan ceroboh di sekolah atau selama kegiatan lainnya.
  3. Sering tampak tidak mendengarkan saat diajak bicara.
  4. Kesulitan mengikuti instruksi atau menyelesaikan tugas dan sering kehilangan fokus.
  5. Sulit dalam mengorganisir tugas dan kegiatan.
  6. Menghindari atau tidak menyukai tugas yang membutuhkan upaya mental yang berkelanjutan.
  7. Sering kehilangan barang yang diperlukan untuk tugas atau kegiatan.
  8. Mudah terganggu oleh rangsangan eksternal.
  9. Sering lupa dalam kegiatan sehari-hari.

Gejala Hiperaktivitas-Impulsivitas:

  1. Sering gelisah, sulit duduk diam untuk waktu yang lama.
  2. Sering berlari atau memanjat pada situasi di mana hal tersebut tidak pantas.
  3. Tidak mampu bermain atau melakukan kegiatan hiburan dengan tenang.
  4. Sering “on the go”, bertindak seolah-olah “digerakkan oleh motor”.
  5. Sering berbicara berlebihan.
  6. Sering menjawab sebelum pertanyaan selesai.
  7. Kesulitan menunggu giliran dan sering menginterupsi atau mengganggu orang lain.

Penting untuk dicatat bahwa gejala-gejala ini harus cukup parah sehingga mengganggu kualitas hidup atau perkembangan normal seseorang. Jika Anda mencurigai Anda atau seseorang yang Anda kenal mungkin memiliki ADHD, sebaiknya konsultasikan dengan profesional kesehatan mental.

Penyebab dan Faktor Risiko ADHD

Penyebab pasti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) belum diketahui, tetapi penelitian telah mengidentifikasi sejumlah faktor yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan kondisi ini.

Faktor Genetik

ADHD tampaknya berjalan dalam keluarga, dan penelitian genetik menunjukkan bahwa beberapa gen yang berhubungan dengan fungsi neurotransmitter dalam otak dapat berperan dalam risiko ADHD. Studi saudara kembar juga menunjukkan adanya faktor genetik yang kuat.

Lingkungan

Faktor lingkungan juga dapat berkontribusi terhadap risiko ADHD. Misalnya, paparan terhadap tembakau, alkohol, atau obat-obatan selama kehamilan dapat meningkatkan risiko anak mengembangkan ADHD. Paparan timbal atau pestisida pada usia dini juga mungkin berperan.

Faktor Perinatal dan Prenatal

Komplikasi selama kehamilan atau persalinan, seperti hipoksia perinatal (kekurangan oksigen ke otak selama persalinan) atau berat lahir rendah, dapat meningkatkan risiko ADHD. Selain itu, ibu yang merokok, menggunakan alkohol, atau memiliki tingkat stres tinggi selama kehamilan mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk memiliki anak dengan ADHD.

Faktor Neurobiologis

Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan ADHD mungkin memiliki perbedaan dalam struktur dan fungsi otak dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kondisi ini. Namun, perlu lebih banyak penelitian untuk memahami bagaimana perbedaan ini berhubungan dengan gejala ADHD.

Perlu diingat bahwa ini adalah faktor risiko, bukan penyebab pasti. Banyak individu yang memiliki satu atau lebih faktor risiko ini tidak mengembangkan ADHD, dan sebaliknya, individu dengan ADHD mungkin tidak memiliki faktor risiko yang jelas. ADHD adalah kondisi kompleks yang mungkin disebabkan oleh kombinasi banyak faktor genetik, lingkungan, dan neurobiologis.

Diagnosis dan Pengobatan ADHD

Diagnosis ADHD biasanya melibatkan penilaian komprehensif yang mencakup wawancara dengan pasien dan orang tua atau pengasuh mereka, serta pengamatan perilaku dan kemungkinan penilaian psikologis.

Pengobatan untuk ADHD biasanya melibatkan pendekatan multi-faset yang mungkin mencakup terapi perilaku, pendidikan dan dukungan kepada keluarga, serta obat-obatan jika diperlukan. Stimulan, seperti metilfenidat dan amfetamin, adalah obat yang paling umum digunakan untuk mengobati ADHD, meski obat non-stimulan juga tersedia.

Dampak ADHD

ADHD dapat memiliki dampak yang signifikan pada kehidupan seorang individu, termasuk kinerja akademik, hubungan interpersonal, dan kesejahteraan emosional. Dengan penanganan yang tepat, individu dengan ADHD dapat belajar mengelola gejala mereka dan menjalani kehidupan yang produktif dan memuaskan.

ADHD adalah kondisi yang kompleks dengan berbagai dampak pada kehidupan seseorang. Meski menantang, dengan pemahaman yang tepat dan dukungan yang memadai, individu dengan ADHD dapat berhasil dalam berbagai aspek kehidupan mereka.

Kategori: Health